Apa Itu Netral Dan Fasa

Apa Itu Netral Dan Fasa

PT Mowilex Indonesia Tersertifikasi Net Zero Carbon

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang berhasil mendapatkan sertifikasi Net Zero Carbon adalah PT Mowilex Indonesia atau yang lebih kita kenal sebagai cat mowilex. Mowilex adalah merek cat premium yang diproduksi di Indonesia sejak 1970.

Tahun 2019, PT Mowilex mengumumkan bahwa mereka berhasil menjadi produsen yang netral karbon. Pencapaian tersebut menjadi yang pertama oleh perusahaan manufaktur di Indonesia.

Kemudian pada tahun 2021, PT Mowilex Indonesia berhasil meraih sertifikasi Carbon Neutral untuk tiga tahun berturut-turut, dengan mencapai emisi karbon pada tingkat net zero. Pencapaian ini dilakukan dengan membeli offset karbon untuk mengimbangi emisi karbonnya yang berdasarkan penilaian dari evaluasi Scope 1,2, dan 3 sesuai dengan Protokol Carbon Neutral.

Adapun inisiatif yang dilakukan oleh PT Mowilex seperti pengurangan daya listrik yang digunakan oleh pendingin ruangan, memasang sistem penerangan yang efisien, serta memasang insulasi pada kebanyakan dari gedung-gedung perusahaan untuk mengurangi pemakaian listrik.

Hitung Jejak Karbon Perusahaan Anda dengan Imbangi dan Lakukan Carbon Offsetting Bersama LindungiHutan

Mencapai karbon netral seperti PT Mowilex Indonesia juga bisa dilakukan oleh perusahaan Anda. Namun sebelum itu, hitung terlebih dahulu berapa jejak karbon yang perusahaan Anda hasilkan!

Anda bisa menggunakan kalkulator jejak karbon Imbangi untuk menghitung besar emisi karbon yang dihasilkan dari berbagai aktivitas, mulai dari penggunaan listrik, peralatan elektronik, pemakaian bahan bakar industri, hingga kendaraan.

Hitung Jejak Karbon Aktivitas Perusahaan Anda di Sini!

Cara menggunakannya juga mudah, Anda hanya perlu memasukkan data-data yang dibutuhkan dan setelah itu jumlah emisi yang dihasilkan akan keluar baik itu dalam jumlah sehari, sebulan, maupun setahun.

Setelah mengetahui jumlah emisi karbon yang dihasilkan, perusahaan Anda bisa mengimbangi atau melakukan carbon offsetting bersama LindungiHutan dengan melakukan penanaman pohon. Kami memiliki berbagai lokasi penanaman di kawasan hutan mangrove yang mana efektif dalam melakukan penyerapan karbon.

Baca juga: Konservasi Hutan Mangrove dan Tren Blue Carbon dalam CSR Perusahaan 2024

LindungiHutan Menanam Lebih Dari 800 RIBU Pohon di 50 Lokasi Penanaman Bersama 500+ Brand dan Perusahaan

Peningkatan Efisiensi Energi

Memahami dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi adalah langkah pertama dalam pengurangan emisi karbon. Teknologi canggih, pemantauan konsumsi, dan pengoptimalan proses dapat secara signifikan mengurangi ketergantungan pada sumber daya berkarbon tinggi.

Target Dunia dan Indonesia terhadap Emisi Karbon

Terlepas dari perbedaan yang ada, baik karbon netral maupun net zero, keduanya memiliki visi-misi yang sama, yaitu menekan pertumbuhan emisi karbon yang dihasilkan hingga sekecil mungkin. Di tingkat internasional, upaya pengurangan emisi karbon difokuskan melalui kerjasama dalam Kerangka Perjanjian Paris yang ditandatangani oleh hampir semua negara di dunia pada tahun 2015. Dalam perjanjian ini, negara-negara berkomitmen untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2°C, dengan target ideal untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C dibandingkan tingkat pra-industri.

Salah satu langkah utama adalah mewajibkan negara-negara untuk mengajukan target kontribusi nasional atau Nationally Determined Contributions (NDC) yang diperbarui secara berkala. Melalui NDC ini, negara-negara diminta untuk menetapkan rencana pengurangan emisi sesuai dengan kapasitas nasional mereka dan melakukan pelaporan kemajuan secara berkala. Banyak negara maju yang telah menetapkan target untuk mencapai emisi net zero pada tahun 2050, sementara negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang memiliki tantangan dalam pendanaan dan teknologi, mendapat dukungan dalam bentuk pendanaan dan transfer teknologi dari negara-negara maju.

Sebagai negara berkembang yang menjadi salah satu penghasil emisi terbesar, Indonesia menetapkan target untuk mengurangi emisi sebesar 31,89% dengan usaha sendiri atau hingga 43,2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030, sebagaimana tercantum dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contributions (ENDC) yang diperbarui pada tahun 2022.

Indonesia juga telah menetapkan target jangka panjang untuk mencapai emisi net zero pada tahun 2060 atau lebih cepat jika dukungan internasional memungkinkan. Hal ini mencakup rencana besar untuk beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi. Salah satu program yang cukup ambisius adalah percepatan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, terutama dari matahari dan panas bumi.

Tentu, mencapai target ini bukan tanpa tantangan. Dengan berbagai kondisi alam dan ekonomi yang dihadapi, Indonesia memiliki kendala dalam pendanaan, infrastruktur, serta resistensi dari industri yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama batu bara. Meski demikian, langkah-langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim dengan pendekatan yang bertahap.

#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes

Editor: Adhira Kurnia Adhwa

[1] What is The Difference Between Carbon Netural vs Net Zero

[2] What is The Difference Between Carbon-Neutral, Net-Zero and Climate Positive?

[3] Apa Itu Carbon Neutral (Karbon Netral)? Apa Bedanya dengan Net Zero Karbon?

[4] What are Scope 1, 2 and 3 Carbon Emissions?

[5] Enhanced NDC: Komitmen Indonesia untuk Makin Berkontribusi dalam Menjaga Suhu Global

Apa itu Carbon Neutral?

Sederhananya, carbon neutrality atau karbon netral adalah kondisi di mana emisi karbon yang dihasilkan manusia bisa terserap atau dilakukan offsetting sehingga tidak sampai ke atmosfer.

Bicara karbon netral maka kita juga bicara tentang Net Zero Emission/ Net Zero Carbon/nol emisi karbon, sebuah istilah yang saling berkelindan.

Net Zero Carbon adalah kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi.

Baca juga: Pengungkapan Emisi Karbon dan Manfaatnya bagi Perusahaan

Apa perbedaan karbon netral dengan net zero carbon?

Karbon netral hanya mencakup emisi gas rumah kaca scope 1 dan 2 (emisi langsung perusahaan), dan dapat mengacu pada produk serta aktivitas individual, atau perusahaan secara keseluruhan. Lain halnya dengan Net Zero Carbon mencakup scope 1,2,dan 3. Scope 3 artinya, seluruh rantai nilai perusahaan mulai dari persediaan yang dibeli hingga pengelolaan produk akhir.

Referensi yang digunakan dalam artikel

Kabar mengenai anak presenter Nadya Hutagalung yang memutuskan untuk bergender netral kembali ramai diperbincangkan.

Topik itu kembali memancing rasa penasaran warganet. Tak sedikit warganet yang mempertanyakan makna di balik gender netral itu sendiri.

Apa itu sebenarnya gender netral?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara harfiah, berdasarkan kamus Merriam Webster, gender netral sendiri berarti tidak mengacu pada salah satu jenis kelamin.

Gender netral disebut juga sebagai non-biner. Artinya, istilah ini merujuk pada seseorang yang tidak mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki maupun perempuan.

Perlu diketahui, gender yang dimaksud dalam hal ini tentu berbeda dengan jenis kelamin. Gender adalah sesuatu yang dibentuk berdasarkan konstruksi sosial dan budaya. Hal ini biasanya dilihat dari sifat dan perilaku seseorang yang membuatnya diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan.

Sementara seks atau jenis kelamin adalah sesuatu yang terbentuk secara alami atau biologis. Jenis kelamin jelas merujuk pada organ intim atau organ reproduksi yang dimiliki seseorang.

Mengutip NPR, American Psychology Association (APA) mencatat sebagian besar orang menganggap bahwa identitas gender sejalan dengan jenis kelamin yang didapat sejak lahir. Namun, hal ini mungkin tak berlaku bagi seseorang non-biner atau gender netral.

Gender netral atau non-biner juga dianggap penting untuk menentukan kata pengganti orang. Kata pengganti sendiri dinilai dapat menegaskan identitas gender seseorang.

Misalnya, di negara-negara bagian Barat, orang-orang menggunakan kata pengganti 'them' untuk mereka yang bergender netral atau non-biner, bukan 'she' atau 'he'.

"Kata ganti pada dasarnya adalah cara kita mengidentifikasi diri selain nama kita. Begitulah cara Anda disebut atau dipanggil dalam setiap percakapan," ujar Mary Emily O'Hara dari GLAAD, organisasi non-profit yang fokus pada bidang gender.

Kata pengganti ini, seperti salah satunya gender netral, adalah cara yang paling sederhana untuk menegaskan identitas diri.

Halo, Sobat EBT Heroes! Setiap kali membaca berita atau artikel yang berkaitan dengan emisi karbon, tentu istilah “karbon netral” atau neutral carbon dan “net zero” sudah tidak asing lagi ditemukan, bukan? Walaupun jika dilihat secara sekilas maknanya memang terlihat sedikit mirip, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, loh. Mau tahu apa saja yang membedakan? Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!

Perbedaan Karbon Netral dan Net Zero Carbon

Lantas, apakah karbon netral dan Net Zero Carbon adalah hal yang sama? Mengutip dari laman Nationalgrid.com, keduanya merupakan hal yang berbeda.

Istilah karbon netral digunakan saat merujuk pada bisnis. Dalam hal ini sering kali mengacu pada ambisi perusahaan untuk membatasi peningkatan emisi karbon pada masa depan, sembari melakukan carbon offsetting untuk menetralisir emisi yang ada.

Sementara Net Zero Carbon menempatkan lebih banyak fokus pada pengurangan emisi karbon sebanyak mungkin terlebih dahulu, dan hanya mengimbangi sisa CO2 yang tidak dapat dihindari sebagai upaya terakhir.

Kalau masih kurang jelas, karbon netral hanya mencakup emisi gas rumah kaca scope 1 dan 2 (emisi langsung perusahaan), dan dapat mengacu pada produk serta aktivitas individual, atau perusahaan secara keseluruhan.

Sederhananya, karbon netral merupakan tujuan yang dapat dicapai perusahaan dalam jangka pendek serta merupakan awal yang bagus untuk memulai.

Lain halnya dengan Net Zero Carbon yang artinya melakukan segala daya termasuk menggunakan semua teknologi yang tersedia untuk mengurangi emisi agar sedekat mungkin dengan nol, sebelum mengimbangi sisanya. Net Zero Carbon mencakup scope 1,2,dan 3.

Scope 3 artinya, seluruh rantai nilai perusahaan mulai dari persediaan yang dibeli hingga pengelolaan produk akhir.

Baca juga: Carbon Footprint Scopes 1, 2, dan 3, Contoh serta Cara Menghitungnya

Strategi Pengurangan Emisi Karbon

Dalam upaya mencapai keberlanjutan, pengurangan emisi karbon menjadi kunci utama. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan:

Mengapa netralitas karbon penting?

Para pendukung upaya netralitas karbon mengatakan mereka dapat memainkan peran penting dalam mengurangi perubahan iklim dan pemanasan global, yang disebabkan oleh penumpukan emisi gas rumah kaca di atmosfer. Selain karbon dioksida, gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi terhadap perubahan iklim termasuk metana, nitrous oksida, dan hidrofluorokarbon.

Emisi ini sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, dan telah menyebabkan peningkatan suhu global yang signifikan. Pemantau iklim Uni Eropa, Copernicus, melaporkan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat-hampir 1,48 derajat Celcius (2,66 derajat Fahrenheit) lebih hangat dari tingkat pra-industri.

Inisiatif netralitas karbon dapat membantu dalam mencapai tujuan emisi net zero, pengurangan semua emisi GRK mendekati nol, dengan emisi yang tersisa dihapus dari atmosfer. Namun, inisiatif emisi net zero biasanya lebih fokus pada pengurangan emisi daripada penghapusan. Science Based Targets initiative (SBTi), sebuah kemitraan dari beberapa organisasi nirlaba global, mempromosikan standar net zero perusahaan yang menyerukan agar perusahaan mengurangi emisi rantai nilailangsung dan tidak langsung hingga lebih dari 90%.1 Ketika sebuah perusahaan atau negara mengambil tindakan iklim yang berhasil menghasilkan emisi nol bersih, maka perusahaan tersebut dianggap sebagai perusahaan yang netral terhadap iklim.

Warna netral adalah warna yang berfungsi sebagai nuansa latar belakang yang lembut, yang dapat dengan mudah dipadukan dengan warna-warna lain yang lebih kuat. Hal ini membuat warna netral sangat cocok menjadi kanvas kosong bagi kreativitas Anda, berikan kesempatan bersinar bagi karya seni dan fitur arsitektural Anda.

Skema warna netral dapat berupa apa saja, dari warna netral yang terang seperti krem dan putih, hingga nuansa yang lebih gelap, seperti cokelat dan arang.

Telakangan, isu soal karbon, emisi karbon, karbon trading, pajak karbon dan soal karbon karbon lainnya kembali mengemuka seiring isu krisis iklim yang juga tengah jadi perbincangan dunia internasional. Nah, dari sejumlah istilah karbon tersebut, saat ini istilah karbon netral terlihat kian popular.

Tapi, apasih sebenarnya karbon netral itu?

Begini. Emisi karbon dioksida di atmosfer mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak tahun 1750, sejalan dengan revolusi industri yang terjadi. Akumulasi karbon di atmosfir yang kian kemari kian tinggi pun memicu pemanasan global dan perubahan iklim dunia.

Nah, karbon netral menjadi suatu upaya untuk menjaga keseimbangan, antara karbon yang diemisikan dari berbagai sektor ekonomi dengan sumber-sumber yang dapat menyerap emisi karbon tersebut dari atmosfer. Tujuannya satu, mengurangi konsentrasi kabon di atmsofir, sampai netral atau ekuivalen dengan nol.

Tapi, perlu dicatat, mencapai karbon netral bukan berarti tidak terjadi emisi karbon sama sekali, mengingat hutan sebagai sumber penyerap alami pun mengemisikan karbon melalui kebakaran hutan, perubahan penggunaan lahan atau penebangan. Hanya saja, dalam karbon netral, jumlah emisi karbon seluruhnya dapat diserap oleh alam melalui proses siklus karbon alami, sehingga tidak terjadi penumpukan karbon di atmosfer.

Memang sampai saat ini, tidak ada penyerap karbon buatan yang mampu menyerap karbon dari atmosfer pada skala besar yang memicu pemanasan global. Tapi industri bisa melakukan pendekatan teknologi untuk menurunkan emisi karbon. Saat ini teknologi yang digunakan disebut sebagai Carbon Capture Storage (CCS). Selain itu juga industri menerapkan efisiensi energi pada proses produksinya.

Adanya perbedaan upaya ini secara otomatis juga memberikan hasil penurunan emisi yang berbeda-beda di setiap sektor. Bahkan perbedaan hasil penurunan emisi juga terjadi pada beragam aktivitas pada sektor yang sama. Maka dari itu, dalam upaya untuk mencapai karbon netral, negara-negara di dunia menyatakan akan menggunakan mekanisme berbasis pasar di dalam INDC-nya (Intended Nationally Determined Contribution).

Jenis gas rumah kaca yang dapat diperdagangkan dalam pasar karbon, umumnya terdiri dari enam jenis gas rumah kaca yang tercantum dalam Protokol Kyoto, yang meliputi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrat oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFCs), perfluorocarbon (PFCs), dan sulfur heksafluorida (SF6).

Produk yang diperdagangkan berupa hak atas emisi gas rumah kaca dalam satuan setara-ton-karbondioksida (ton CO2 ekuivalen). Hak di sini dapat berupa hak untuk melepaskan gas rumah kaca ataupun hak atas penurunan emisi gas rumah kaca.

Berdasarkan cara perdagangannya, secara umum pasar karbon dibagi menjadi dua jenis, yaitu trading dan crediting. Contoh dari sistem trading yaitu European Union Emissions Trading System (EU ETS) melalui sistem cap and trade yang telah menjadi acuan bagi pasar karbon di seluruh dunia. Dalam sistem ini, komoditi yang diperdagangkan berupa penurunan emisi yang telah disertifikasi, berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di pasar tersebut.

Kemudian, contoh dari sistem crediting disebut juga sebagai mekanisme carbon offset atau baseline-and-offsetting. Contoh dari sistem crediting ini diantaranya Clean Development Mechanism (CDM) dan Joint Implementation (JI), Gold Standard (GS), Verified Carbon Standard (VCS), Plan Vivo, Panda Standard, American Carbon Registry, dan sebagainya.

Instrumen ekonomi lainnya yang biasa digunakan untuk mencapai karbon netral yaitu pajak karbon. Pajak karbon sebenarnya memiliki kemiripan dengan cap-and-trade, baik di dalam batasan emisinya maupun implementasinya yang kebanyakan bersifat wajib. Bedanya, pajak karbon ini tidak mengenal adanya perdagangan emisi, prinsipnya siapa yang melakukan emisi harus membayar (polluters-pay-principle).

Saat ini, dengan diterbitkannya UU Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), Indonesia akan menerapkan pajak karbon. Pada tahap awal ini, pengenaan pajak karbon dikenakan untuk sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Selanjutnya, penerapan akan diberlakukan secara penuh untuk berbagai sektor, dengan pentahapan yang tergantung pada kesiapan sektor terkait.

Satu yang pasti, upaya ini dapat menjadi sarana pelaksanaan kebijakan (policy tool) untuk memberikan insentif bagi kegiatan mitigasi perubahan iklim. Mekanisme yang diberlakukan baik trading, crediting ataupun pajak karbon dapat menjadi upaya paling cost effective, dibandingkan jenis pembiayaan mitigasi konvensional.

Referensi:[PMR] Partnership for Market Readiness Indonesia. 2018. #pasarkarbon: Pengantar Pasar Karbon untuk Perubahan Iklim. PMR Indonesia – UNDP.

Sikap netral dalam agama Islam merupakan topik yang rumit dan memiliki interpretasi yang beragam. Beberapa pandangan menunjukkan apa itu netral dalam beragama adalah bentuk kerapuhan dan pijakan tanpa dasar. Dalam perspektif ini, netralitas dianggap sebagai sikap yang tidak konsisten dan tidak kokoh dalam menjalankan ajaran agama.

Memilih untuk tetap netral dapat mencerminkan kurangnya keberanian dalam memperjuangkan atau mengungkapkan keyakinan agama secara tegas. Hal ini bisa dipandang sebagai kelemahan yang dapat menghalangi seseorang dalam mengambil tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai agama yang dianutnya.

Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, apa itu netral dalam Islam disebut pula sebagai sebuah bias dan ilusi yang dibangun dengan persepsi tanpa dasar keimanan. Dalam perspektif ini, netralitas dianggap mencari muka di hadapan manusia dan mengabaikan kepatuhan terhadap perintah Allah. Sikap netral dipandang sebagai upaya untuk menyenangkan manusia dan mencari penerimaan, bahkan jika itu berarti mengesampingkan atau mengabaikan prinsip-prinsip agama.

Salah satu pandangan dalam Islam mengenai apa itu netral dalam Islam sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ali Ad-Daqaq Rahimahullah dalam kitabnya berjudul Al Minhaj Syarh Shahih Muslim. Dalam kitab tersebut, disebutkan sikap netral dalam beramar ma'ruf nahi mungkar (menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran) disebut sebagai setan bisu.

Dalam hal ini, apa itu netral dalam Islam dianggap sebagai sikap yang membiarkan kejahatan atau ketidakadilan terjadi tanpa melakukan upaya untuk mencegahnya. Dalam Islam, mengamalkan ajaran agama berarti aktif mempromosikan kebaikan dan menentang kemungkaran, serta memiliki tanggung jawab moral untuk berbicara dan bertindak ketika ada pelanggaran terhadap nilai-nilai agama.

Penting untuk dipahami bahwa Islam tidak mengajarkan umatnya untuk diam dalam mengungkapkan kebenaran. Al-Qur'an dan hadis dianggap sebagai sumber kebenaran yang jelas dan nyata. Oleh karena itu, sikap netral dalam Islam bukanlah sikap yang memilih untuk diam atau tidak terlibat dalam mengungkapkan adanya kebenaran. Sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk aktif dan proaktif dalam mengemukakan kebenaran serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dengan keyakinan dan ketegasan.

Apa itu netral dalam beragama tidak dianggap sebagai kemajuan atau kemodernan dalam bersikap dalam pandangan Islam. Justru, netralitas dianggap sebagai sikap yang kaku, statis, dan konservatif dalam kehidupan. Islam mendorong umatnya untuk bergerak, berusaha, dan berjuang untuk menghadirkan kebaikan dan keadilan dalam masyarakat. Sikap netralitas yang diam dan tidak berpihak dinilai sebagai tanda ketidakaktifan dan kekakuan dalam memperjuangkan nilai-nilai agama yang seharusnya diwujudkan melalui tindakan nyata.

Dalam pandangan agama Islam, terdapat pembagian umat manusia menjadi tiga golongan, yaitu muslim, kafir, dan munafik. Menurut pemahaman ini, golongan yang netral tidak termasuk dalam kategorisasi tersebut. Sikap netralitas dianggap sebagai sikap yang tidak jelas atau tidak tegas dalam menjalankan keyakinan agama. Islam mengajarkan pentingnya memiliki keyakinan yang kuat dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang diyakini, bukan berada di tengah-tengah tanpa arah yang jelas.

Artikel di-review oleh Fahriza Dwi Indahyati, Tim RnD dan Product LindungiHutan

Fenomena pemanasan global, perubahan iklim, dan dampak lainnya makin hari tampak kian terasa. Sektor industri menjadi salah satu yang diminta berbenah oleh komunitas global. Tentu kolaborasi banyak pihak dibutuhkan. Upaya praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan terus digalakan.

Dunia sepakat melalui Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta mencapai target Net Zero Emission. Pun juga mereka dari sektor industri, perusahaan diharapkan mencapai carbon netral hingga net zero carbon. Apa maksudnya?

Apa Itu Karbon Netral?

Karbon Netral atau Neutral Carbon didefinisikan sebagai kesetaraan antara jumlah karbon yang diproduksi dengan karbon yang dapat diserap. Penilaian karbon netral dilihat dari emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan dalam scope 1 dan scope 2. Mengacu pada National Grid, scope 1 mengacu pada emisi yang bersumber langsung dari sebuah perusahaan. Contohnya seperti gas pembuangan hasil penggunaan bahan bakar untuk menyalakan kendaraan atau alat-alat yang dimiliki.

Sementara itu, scope 2 merujuk pada produksi emisi tidak langsung yang berasal dari tempat di mana perusahaan membeli dan menggunakan suatu energi. Salah satu contoh dari jenis lingkup karbon ini adalah emisi yang dihasilkan dari listrik yang digunakan oleh gedung-gedung perusahaan.

Namun, sesuai namanya, fokus karbon netral biasanya hanya pada aspek karbon dioksida dan mungkin tidak memperhitungkan gas rumah kaca lainnya, seperti metana atau dinitrogen oksida, yang juga berkontribusi pada pemanasan global.

Lalu, bagaimana dengan Net Zero? Net Zero memiliki konsep yang lebih luas dan mencakup semua jenis gas rumah kaca, bukan hanya karbon dioksida. Dalam konsep net zero, manusia tidak hanya menargetkan pengurangan emisi karbon, tetapi juga gas rumah kaca lainnya dalam setiap aktivitas operasional mereka, mulai dari produksi, distribusi, hingga konsumsi akhir.

Dalam net zero, pengurangan emisi harus sedalam mungkin dan mencakup seluruh rantai pasokan. Artinya, tidak hanya scope 1 dan scope 2 yang dikurangi, melainkan sampai scope 3, yaitu semua emisi yang bukan merupakan hasil dari aktivitas atau aset yang perusahaan miliki. Dengan kata lain, scope 3 berada di luar jangkauan perusahaan. Contohnya seperti ketika pelanggan membeli, menggunakan, dan membuang produk dari pemasok atau supplier.

Mengacu pada penjelasan dari lingkup jenis tersebut, pendekatan ini biasanya memerlukan transformasi yang lebih menyeluruh, seperti mengubah sumber energi menjadi energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi secara signifikan sehingga membuat manusia juga harus benar-benar mengurangi emisi dari proses dan operasi utama mereka.

Dilansir dari Science Based Targets Initiative, net zero sering dianggap sebagai tujuan jangka panjang yang memerlukan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan energi untuk benar-benar menghilangkan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Karena itu, langkah penanganan untuk mencapai kondisi yang mendekati net zero lebih sulit dan kompleks.